Lempung
Oleh :
Doddy Setia Graha
Alamat :
Jl. Tb Suwandi Ciracas
Mahar Regency E No. 6, Ciracas, Serang, BANTEN, 42116
HP 0817799567
SARI
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 mikron) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung.
Mineral lempung meliputi kaolin, haloisit (hauoysite), illit, vermikulit, bentonit dan masih banyak lagi.
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi).
Lempung digunakan terutama pembuatan tembikar, ubin lantai, keramik. membuat sanitary ware, menyerap cairan, bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi selain itu digunakan pulauntuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim (refraktori).
1. Asal Mula jadi
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Ketika sebagian besar lempung basah, mereka menjadi "plastik" yang berarti mereka dapat dibentuk dan dibentuk menjadi bentuk. Ketika mereka "dipecat" (terkena suhu yang sangat tinggi), air didorong keluar menjadi sekeras batu. Akibatnya, hampir semua peradaban telah menggunakan beberapa bentuk dari lempung untuk segala sesuatu dari batu bata dengan tembikar untuk tablet untuk transaksi bisnis rekaman.
Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung. Misalnya, oksida besi warna lempung merah. Kehadiran silika meningkatkan plastisitas lempung (yakni, membuatnya lebih mudah untuk cetakan dan bentuk ke bentuk).
Lempung dikategorikan ke dalam enam kategori dalam industri. Kategori ini ball clay, bentonit, lempung umum, api lempung, bumi penuh, dan kaolin.
2. Latar Belakang
Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral-mineral lempung, terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi dan magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali atau tanah alkalin sebagai komponen dasarnya. Mineral-mineral ini terutama terdiri dari kristalin di mana atom-atom yang membentuknya tersusun dalam suatu pola geometrik tertentu (Gambar 1.). Sebagian besar mineral lempung mempunyai struktur berlapis. Beberapa diantaranya mempunyai bentuk silinder memanjang atau struktur yang berserat. Cluster adalah tumpukan satuan yang berlapis tipis atau kumpulan satuan silinder atau serat. Massa tanah biasanya mengandung campuran beberapa mineral, lempung yang diberi nama sesuai dengan mineral lempung yang Iterbanyak dengan berbagai jumlah mineral bukan lempung lainnya.
Gambar 1. Unit dasar mineral lempung
a. Sebuah unit oktahedron tunggal, dalam gibsit Al dikelilingi oleh 6 oksigen
b. Struktur unit-unit oktahedron
c. Struktur tetrahedron silika
d. Struktur tetrahedron silika tersusun dalam sebuah jaringan heksagonal
Kaolin adalah mineral lempung paling tidak aktif yang pernah diamati. Kaolin dapat dihasilkan oleh pelapukan beberapa mineral lempung yang lebih aktif atau dapat juga terbentuk langsung dari produk sampingan pelapukan batuan.
“Keluarga” kaolin adalah haloisit (hauoysite). Mineral ini berbeda dari kaolin, karena tertumpuk secara lebih acak sehingga satu molekul air dapat masuk diantara satuan-satuan. Mineral ini juga berbeda dari kaolin disebabkan lembaran-lembaran elemennya tergulung menjadi suatu silinder. Dehidrasi akibat panas sebesar 60 sampai 70° C, dan bahkan pengeringan udara, sering dapat mengubah haloisit ini secara permanen, sehingga menjadi 2H20 atau sama sekali meniadakan molekul air dan berubah menjadi kaolin. Sifat-sifat teknis dari haloisit sangat berbeda dengan kaolin, karena pengeringan udara dapat mempengaruhi reaksi-reaksi kimia yang secara tidak langsung dapat di ukur dengan batas Atterberg. Dalam analisis diperlukan ketelitian untuk mendapatkan contoh yang realitis antara batas Atterberg dan analisis hidrometer.
Mineral lempung illit diturunkan dari muskovit (mika) dan biotit dan kadang-kadang disebut lempung mika. Mineral lempung illit, terdiri atas lapisan gibsit oktahedral yang terletak diantara dua lapisan silika tetrahedra. Hal ini menghasilkan mineral 1 : 2, dengan tambahan perbedaan dimana beberapa posisi silika akan terisi oleh atom-atom aluminium dan ion-ion potasium ikut berada di antara lapisan-lapisan untuk mengatasi kekurangan muatan. Rekatan seperti ini mengakibatkan kondisi yang kurang stabil jika dibandingkan dengan kaolin, karena itu aktivitas illit adalah lebih besar.
Vermikulit merupakan mineral lempung dalam keluarga illit yang bersifat sama, kecuali molekul air lapisan-ganda di antara lapisan-lapisannya diselangi dengan ion-ion kalsium atau magnesium, dengan substitusi oleh brusit sebagai pengganti gibsit di dalam lapisan oktahedralnya.
Lempung illit dan vermikulit serta serpih lempung banyak dipakai untuk membuat agregat berbobot ringan (kadang-kadang disebut “serpih mengembang”). Vermikulit terutama sangat mengembang apabila mengalami pemanasan yang tinggi, karena lapisan-lapisan airnya dengan cepat berubah menjadi uap sehingga mengakibatkan terjadinya pengembangan yang besar.
Sifatnya liat dan sering kali agak gembur. Disusun terutama dari mineral kaolinit (Al2O3, 2SO3, 2H2O). Kaolin berasal dari felspar dan terjadi dari proses perapukan pada permukaan bumi atau hasil larutan hidrotermal. Proses ini disebut dengan kaolinisasi, reaksi kimianya sebagai berikut :
2KAlSi3 O8 + 2H2O + CO2 A12O3.2SiO2 + 4SiO2 + K2CO3
(Felspar) (Kaolin)
Di dunia ini banyak terdapat bentuk mineral lempung yang masing-masing berbeda dalam susunan, struktur dan perilakunya. Semua mineral lempung tersebut memiliki butiran yang sangat halus (biasanya lebih kecil dari 2u m), itulah sebabnya mengapa tanah dengan butiran yang sangat halus < 2u dinamakan “lempung”. Pada umumnya lempung terdiri dari sebagian besar dari mineral lempung, akan tetapi mineral lain, misalnya kuarsa juga terdapat dengan butiran yang sangat halus. Karena mineral lempung memiliki butiran yang sangat halus, maka mineral ini mempunyai permukaan yang cukup besar per satuan massa.
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 m m) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Walaupun berukuran kecil, mineral lempung telah dipelajari dengan cukup mendalam karena kepentingan ekonomisnya terutama dalam keramik, pengecoran logam, pemakaiannya dilapangan minyak dan dalam mekanika tanah. Mineral lempung menunjukkan karakteristik daya tarik-menarik dengan air menghasilkan plastisitas yang tidak ditunjukkan oleh material lain walaupun mungkin material itu berukuran lempung. atau lebih kecil. Sebagai contoh, kuarsa tanah yang halus tidak menunjukkan plastisitas apabila dibasahi. Perlu dicatat bahwa setiap deposit “lempung” berbutir-halus mengandung sekaligus mineral lempung dan berbagai ukuran partikel dari material-material lainya yang dianggap sebagai “pengisi” (filler).
Pertukaran ion merupakan hal yang relatif sederhana dalam struktur lempung. Dengan demikian pertukaran ion tersebut adalah aktif-kimiawi. Ini misalnya akan merupakan sebuah persoalan dalam air yang terkena pencemaran (banyak sekali ion di dalam larutan). Dalam keadaan tertentu, dapat terjadi pertumbuhan mineral lempung yang berlangsung dengan cepat (pembentukan lumpur dalam reservoar penjernih air, penyumbatan pipa-pipa drainase).
3. Sumber
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi). Pelapukan batuan menghasilkan sejumlah besar mineral lempung dengan sifat-daya gabung (affinity) yang sama terhadap air, tetapi dalam jumlah sangat berbeda.
4. Kegunaan
Lempung kualitas yang baik digunakan terutama di tembikar, tetapi juga ditambahkan ke lempung lain untuk meningkatkan plastisitas mereka. Lempung bola tidak biasa seperti varietas lempung lainnya. Sepertiga dari lempung bola digunakan setiap tahun digunakan untuk membuat ubin lantai dan dinding. Hal ini juga digunakan untuk membuat sanitary ware, keramik dan penggunaan lainnya.
Bentonit terbentuk dari abu vulkanik perubahan. Bentonite digunakan dalam kandang hewan peliharaan untuk menyerap cairan. Hal ini digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi.
Lempung yang umum digunakan untuk membuat bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan.
Lempung api semua lempung (tidak termasuk lempung bentonit dan bola) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim. Produk-produk ini disebut produk refraktori. Hampir semua (81%) dari lempung api yang digunakan untuk membuat produk tahan api.
Fuller bumi terdiri dari mineral palygorskite (pada satu waktu mineral ini disebut "atapulgit"). Bumi Fuller digunakan terutama sebagai bahan penyerap (74%), tetapi juga untuk pestisida dan produk pestisida yang terkait (6%).
Kaolinit merupakan lempung kaolin terdiri dari mineral. Ini merupakan unsur penting dalam produksi kertas berkualitas tinggi dan beberapa porselen tahan api.
5. Penyebaran
Lempung yang umum di seluruh dunia. Beberapa daerah, seperti yang diharapkan, menghasilkan jumlah besar jenis tertentu dari lempung. Produsen lempung dunia adalah Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, Inggris, Kanada, dan negara-negara lain macam. Amerika Serikat ekspor hampir setengah dari seluruh dunia produksi.
Penyebaran lokasi lempung di Indonesia meliputi daerah yang sangat luas seperti di Provinsi Bangka Belitung, Riau dan masih banyak lagi (Tabel 1.). Berbagai jenis lempung dihasilkan dari beberapa daerah tersebut.
Tabel 1. Lempung
Provinsi
|
Lokasi
|
Bangka Belitung
|
Belinyu, Koba, Toboali, Jebus, Sungailiat, Muntok, Kelapa, Merawang, Pangkalan Baru, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Lepar Pongok, Taman Sari, Dendang, Gantung, Kelapa Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan
|
Riau
|
Bangun Jaya, Tali Kumain, Daludalu, Kepenuhan Hulu, Rokan Timur, Tibawan, Sukadamai, Bantaian, Tanjungpadang, Tanjungmedan, Desa Siarangarang
|
Lampung
|
Wirabangun, Mekartitama, Sidang Gunung Tiga, Batu Ampar, Panaragan Kampung, Buyut, Desa Sukamarga, Way Maya, Dusun Sukajadi, Desa Lintik, Desa Lemong, Dusun Serarukuh, Desa Luas, Kp Tanjungbaru, Desa Bahu/Baru, S. Giham, Dusun Dangduanan Bambu Kuning, Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka; Desa Banyuwangi, Desa Panjirejo
|
Sumut
|
Ilinaa, Lahewa, Hilibasi, Teterosihiram, Lelegohi, Lelehua, Simalungun
|
Sumsel
|
Batuampar, Kijang ulu, Talang Pangeran, Teluk Gelam, Bunut, Sepucuk, Gading Rejo, Sidomulyo, Muara Burnai, Tugu Agung
|
DI Aceh
|
Bakongan, Trumon, Desa Solok, Desa Sumber Mukti, Desa Mukti Jaya, Desa Singkohor, Desa Singgersing, Desa Namabuaya, Desa Danau Bungara, Desa Amaiting Jaya, Desa Lugu, Desa Dihit
|
Banten
|
Luhur Jaya, Cipay, Ciruas, Pabuaran
|
Papua
|
Desa Yeruboy, Desa Sosmay, Desa Saukobiye
|
Kalimantan Barat
|
Belimbing, Nanga Pinoh, Nanga Ella Hilir, Nanga Sayan, Desa Jelimpo, Desa Tubang, Desa Tebedak, Desa Ambarang, Desa Engkadu, Pedataran Desa Muara Behe, Desa Sidas, Desa Anik, Desa Darit, Desa Keranji Panjang, Desa Sungai Mawang, Desa Meliau Hilir, Desa Subah, Batu Besi, Sei Jotang, Kedakas Binjai, Desa Tanjung, Desa Tanap, Desa Mobuy, Tunggul Boyok, Desa Sape, Desa Manawai, Desa Balaikarang Satu, Desa Lubuk Sabuk
|
Kalimantan Tengah
|
Seruyan, Kotawaringin Timur,
|
Nusa Tenggara Barat
|
Jereweh, Taliwang
|
Nusa Tenggara Timur
|
Desa Padiratana, Mbulur Pangadu
|
Papua
|
Sarmi, Foumes, Erewen
|
Papua Barat
|
Kampung Jagiro, Kampung Wasiri, Kampung Kalikodok, Kampung Banjar Ausoi
|
Maluku Utara
|
Falabisahaya, Modapuhi, Lala, Batu Buoy, Wailo Wabloi, Sinavati, Waleman, Botit, Waeno Waelo, Wahanga, Lai Uwin, Kilo Dua, Kotania Pantai, Taman Jaya, Alang Asaude, Kawa, Musihuwei, Sanahu
|
Maluku
|
Ds. Yaputih, Tehoru
|
Sulawesi Barat
|
Lamaru, Bonde, Segeri, Baurung, Lembang, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu
|
Sulawesi Selatan
|
Karampuang, Bonto Sinala Pasir Putih, Tanaeja, Kampala, Biringere, Lamatti Riattang, Manciri, Lebbae, Salewangeng, Leppangeng, Sampulili, Langi Bulusirua, Abumpungeng Rawamangun, Desa Terpedo Jaya, Desa Pongkeru, Desa Puncak Indah, Desa Wonorejo,
|
Sumber : Dari berbagai sumber
6. Daftar Acuan
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Buku, Majalah, Peta
Bahar, N., Latif, N.A., 2002, Kusdarto, Arifin D., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Gorontalo Dan Boalemo Provinsi Gorontalo. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Bates, R.L., 1969, Geology of the Industrial Rocks and Minerals, Dover Pub. Inc.
Battay, M.H., 1972, Mineralogy For Student, Longman Group Ltd.
Departemen Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan Galian Indonesia, Unpub.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Halim, S., Harahap, I.A., Sukmawan, 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Sumbawa Barat Dan Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Halim, A.S., Muksin, I., Bakkara, J., 2006, Inventarisasi Dan Penyelidikan Mineral Non Logam Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Hurlburt, C.S., 1971, Dana’s Manual of Mineralogy, Eignteenth Ed., John Wiley and Sons.
Kaelani M.S., Sutisna T., Muksin I., Kusumah T., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Dan Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Priyono, S., Labaik, G., Abdullah, S., Kusumah, T.T., Susilo, H., Jajah, 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Daerah Kabupaten Sinjai Dan Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Priyono, S., Bahar, N., Labaik, G., Mudjahar, Arifin, D., Susilo H., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Daerah Kabupaten Buru Dan Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Priyono, S., Latif, N.A., Tandjung, S.A.W., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Dan Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Raja, M., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Daerah Kabupaten Nias Dan Nias Selatan. Provinsi Sumatera Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006, Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Rusmana, E., K. Suwitodirdjo, Suharsono, 1991, Geologi Lembar Serang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Santosa, S., 1991, Geologi Lembar Anyer, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
Suhala, S., M. Arifin (Ed.), 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.
Sukmawardany, R., Adrian, Z., Bahar, N., 2004, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Daerah Kabupaten Majene Dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Supardan, K.M., Sutandi, A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Musi Rawas Dan Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Supardan K.M., Sukmawan, Sutandi A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Lampung Tengah Dan Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Yusuf A.F., Aswan I., Halim S., Inventarisasi Dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Zulfikar, Zainith, A., Sulaeman, A.S., 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Rokan Hulu Dan Rokan Hilir, Provinsi Riau. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/lempung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar